Akhirnya kemarin (Minggu, 19 Juni 2011) aku main-main sama anak kecil lagi. Anak kecil berwajah malu-malu, yang takut-takut buat menatap wajah orang lain. Tapi, ehm, maaf ya, aku bisa ngobrol kok dengan mereka. Mereka anak pesantren yang didoktrin ina-itu, yang menurut aku ujung-ujungnya Cuma bakal jadi orang hipokrit kayak ustadnya.
Mereka yang perempuan nggak boleh berdiri di depan umum, di depan lelaki.. dilarang keras membuat kontak mata dengan orang lain. Ah, payah.
Kids will be kids, I believe so. Mereka tetap bandel, cerewet, banyak bertanya, dan pastinya banyak bercerita. Wajah sumringah, mata berbinar karena warna warni krayon yang disodorkan. Baju muslim putih yang warnanya mulai menguning, bikin aku trenyuh. Beberapa dari mereka malah sudah kehilangan orangtuanya.
Mungkin kita sebagai orang dewasa akan berpikir, betapa beratnya beban hidup mereka. Ya memang berat, tapi anak-anak punya keajaiban dalam diri mereka. An endless happiness. Kamu yang sudah dewasa sudah kehilangan keajaiban ini, maaf ya. Itu dia sebabnya, anak-anak itu harusnya sumber inspirasi orang dewasa. Percaya kan, kalau kita makin tua makin bego, bukannya makin kreatif.
Seneng juga akhirnya Indonesia Bercerita Jakarta bisa bikin kegiatan offline. Lama bener rasanya persiapannya, padahal ya serba dadakan juga. Mulai belanja pritilan, roti, sama bikin goodie bags. Gawatnya, itu nagih. Awalnya aku nggak berniat bercuap2 di depan anak-anak, tiba-tiba aja didapuk jadi perwakilan buat menyapa anak-anak.. aaah denger teriakan mereka aja bikin seneng, nagih!
Kemarin aku nggak bawain cerita sih, tapi besok-besok mau ah kak.. kak Titis bisa kok bacain cerita hahaha.. mau bikin video lucu ah.. sapa bisa bantuin? ;)
When crayon is a luxury, and got nothing to worry. KIDS.