30 December, 2010

apa yang kita tinggalkan di belakang?

Nggak tau ah, pokoknya aku mau nulis aja.

Tahun 2010 sudah mau habis, look what you’ve got, any blasting moments? Yeah. Saya punya banyak blasting moment tahun ini. Prestasi yang membanggakan.

Tapi aku bukan mau bicarain itu, tentang siapa yang kita tinggalkan di belakang. Setaun terakhir ini aku cukup sibuk sama kerjaan, dan sibuk dengan obsesi pribadi. Walaupun sebenarnya aku masih merasa bingung sebenarnya apa pencapaian sekarang sudah sesuai dengan arah yang pengen aku capai.

Tentang apa yang kita tinggalkan di belakang.

Past life. Hometown. Teman, atau mungkin sahabat terdekat yang mulai jauh. Entah aku yang lelah mengejar mereka, atau aku yang melupakan mereka, atau memang kami beda arah?

Sahabat-sahabat terdekatku mulai sibuk dengan kehidupan mereka. They are all married, getting married, engaged, and dating an engaged man (wtf!). Mereka tidak tersentuh teknologi. Mereka masih saling berkomunikasi cara konvensional. Telpon. Boro2 twitter, YM aja jarang online. Ya sudah, jarak pun memisahkan kami.

Apa lagi yang kita tinggalkan di belakang?

Grandparents. Sudah mulai jarang pulang ke Malang. Sampai suatu pagi di awal Desember, Yangtiku nelpon, dan kata-kata pertamanya adalah “kapan kowe mulih nduk?” Mulih berarti ke Malang, bertemu dengannya, berbagi cerita. I am still her little queen.

*air mata menggenang* aku nggak mau nangis. Ini resiko.

Sejak Yangkung sedo setahun yang lalu emang iya sih, effort buat nyempetin ke Malang agak berkurang. Ahh iya, aku sempetin ya Yangti, aku janji.

Kadang aku merasa ingin kembali ke dekapan yang nyaman di rumah. Tapi, apakah salah jika kita terbang tinggi mengejar impian dan mimpi. Bebas, menjalankan hidup kita sendiri. Tidak berada di bayangan siapa-siapa.

Walaupun kita harus meninggalkan beberapa hal yang kita sayangi.

Saya bukan orang yang egois, arrogant, sombong, atau lupa asal muasal saya. Tapi ketika yang ada di kehidupan yang lalu mulai memberatkan, ada kalanya harus dilepaskan sedikit demi sedikit walau itu menyakitkan.

Ya gitu deh, kalo aku pulang ada yang mau ketemuan hayoook, nggak ada yang ngreken ya di rumah aja. Rugi sendiri nggak temenan sama aku lagi.

2011 harus bikin sesuatu yang memorable lagi! Semangat! Life is good, and will always be..

Ps: maaf Mama, Paya, aku tahun baru ini ngga pulang, next Feb mungkin yaaa.

Keluarga (besar) pak Mulia Harrie Raharjo :)
Juli 2010

Jadi intinya apa sih? homesick? sirik yang laen pada nikah? LOL